Thursday, August 20, 2020

 “Anak-anak terlahir hebat, orangtuanyalah yang harus memantaskan diri untuk dapat membersamai anak-anak yang hebat”


Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh.


Alhamdulillah telah sampai pada pekan keempat Pra Bunda Sayang batch #6. Kali ini saya memasuki wahana terakhir dalam kelas bunda sayang yaitu wahana diving, dimana pada wahana ini saya akan menyelam lebih jauh lagi untuk melihat luasnya samudra ilmu pengetahuan tentang makna diri, keluarga dan parenting. Wahana diving menjadi starting point bagi saya untuk kembali berfokus pada tujuan dan meninggalkan hal-hal tidak penting di belakang tanpa menolehnya lagi.


Sebagai seorang ibu yang aktif di ranah domestik tentunya mengalami gejolak dinamika kehidupan yang tidak mudah. Stigma ibu rumah tangga yang hanya sekedar jadi pekerjaan rendahan tak sebanding susah dan mahalnya biaya kuliah di perguruan tinggi menjadi momok menakutkan bagi para wanita untuk memilih ranah domestik sebagai ladang jihadnya.


Berulang kali pertanyaan yang sama selalu dilontarkan, seolah-olah tidak pernah puas dengan jawaban yang diberikan “Saya tidak bekerja karena ingin total membersamai anak-anak saya”


Stigma yang terus menerus dilontarkan pada akhirnya juga sempat membuat saya bimbang dan menyalahkan diri sendiri. Ada tersirat rasa iri dalam hati melihat rekan sejawat berbalut blazer, menenteng laptop dan terkadang merasakan pulang larut karena meeting yang tak kunjung usai. Tapi apakah memang hal itu yang saya inginkan? Sekali lagi jawabannya tidak ketika saya menatap bola mata Alfa (putra sulung) yang selalu bersinar ketika menatap hari bersama saya di sisinya seharian penuh. 


Dukungan maksimal dari suami ternyata tidak cukup kuat dirasa menahan ombak dinamika perasaan yang sangat kuat silih berganti menghantam diri karena rasa lelah yang mendominasi membuat saya rendah diri dengan kemampuan saya mengelola rumah tangga sekaligus berperan sebagai ibu yang berbahagia.  Saya sering juga berandai bisa tetap menjadi ibu rumah tangga yang bisa mengembangkan potensi, bisa tetap ikut berorganisasi sekaligus bisa me time leluasa. 

Hmmmmm... 

Serakah banget ya, manusiawi sekali. Banyak ibu merasakan hal serupa. Namun, bisakah demikian?


Tidak ada manusia yang bisa mendapatkan semua hal yang ia inginkan. Setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Itu berarti saya harus berdamai dengan diri sendiri tanpa harus menyalahkan banyak pihak. Bertahun-tahun saya mencoba mencari cara berbahagia dengan diri sendiri tapi tetap di rasa kurang maksimal. Terlebih ketika saya diamanati 3 putra yang luar biasa, rasanya selalu merasa kurang ilmu dalam membersamai mereka dan tentunya kurang waktu untuk bisa membahagiakan diri sendiri. Hingga akhirnya qadarullah saya menemukan Ibu Profesional pada tahun 2018 lalu bertekad untuk bisa bergabung karena memiliki visi misi yang sama yaitu menjadi Ibu yang profesional.






Alhamdulillah pada tahun 2019 saya bisa bergabung dengan Ibu Profesional dan menyelesaikan program Matrikulasi batch #7 dengan baik. Dari sana, saya mampu merubah mindset diri dan lebih percaya diri dengan kemampuan yang saya miliki. Bahkan pada matrikulasi saya mampu menyusun milestone 10.000 jam terbang agar saya dapat lebih maksimal dalam mengembangkan potensi diri, sekaligus menjadi ibu dan istri yang lebih baik.


Tak hanya itu, saya dapat berkenalan dan berjumpa dengan banyak ibu hebat tak hanya di Indonesia tapi juga seluruh dunia. Dari mereka saya mendapat insight baru akan arti Ibu Profesional yang lebih luas. Saya juga mampu me-manage diri saya sendiri Sebagai individu, sebagai istri, sebagai ibu dengan lebih tertata rapi dan berbahagia. Karena ibu yang bahagia akan melahirkan anak-anak yang berbahagia pula. Ibu sejahtera, keluarga pun sejahtera.


Tak hanya itu, saya juga mampu memahami bahwa ibu adalah manager keluarga, agen perubahan peradaban. Bermula dari sayalah, peradaban baru akan lahir melalui keluarga dan anak-anak saya. Maka sudah sepatutnya saya memantaskan diri untuk menjadi manager keluarga yang seutuhnya. Sudah sepatutnya juga saya menggali potensi diri agar maksimal membersamai anak-anak yang sejatinya sudah terlahir hebat.


Kini, stigma ibu rumah tangga tak lagi menggangu hidup saya. Karena saya telah menemukan syakilah sebagai misi penciptaan diri hadir di bumi Allah. Saatnya berfokus pada tujuan karena hasil tidak akan menyalahi usaha. Semakin giat saya berupaya maka hasil maksimal insyaAllah akan mampu saya dapatkan. Semoga dimudahkan

Aamiin, ya Rabbal alamiin...


vindy April . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates