Sunday, March 10, 2019

SIAPKAH MENJADI MANAGER KELUARGA ???


Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh

Memasuki Minggu keenam program matrikulasi IIP 2019, mulai terasa “dalamnya” materi yang didapatkan. Semakin juga saya menyadari bahwa menjadi wanita itu memang harus ekstra kuat, cekatan dan cerdas. Pada materi Matrikulasi Minggu keenam dan NHW#6 kali ini, saya makin tergelitik dan bahkan merasa dijewer berkali-kali karena ternyata yang saya lakukan lebih banyak salah daripada benar. Hehehe…
Sedih ya, tapi itulah manusia. Yang terpenting adalah selalu berusaha agar ada perbaikan setiap harinya.


Siapa yang merasa setiap hari terbebani dengan rutinitas yang itu-itu saja dan dilakukan berkali-kali setiap hari tanpa ada maknanya???
Saya acung tangan yaaa… kenapa sih kok bisa merasa seperti itu???
Ternyata hal itu dikarenakan salah memilih motivasi dan kita lupa bahwa setiap tingkat kehidupan akan menuntut kita menjadi pribadi berbeda yang lebih kuat, yang lebih bijak, yang lebih cerdas dan yang lebih sabar. Apapun ranah bekerja yang kita pilih baik domestik maupun publik, memerlukan satu syarat yang sama, yaitu kita harus “SELESAI” dengan management rumah tangga kita, kita harus merasakan rumah kita itu lebih nyaman dibandingkan aktivitas dimanapun. Sehingga anda yang memilih sebagai ibu yang bekerja di ranah domestik, akan lebih professional mengerjakan pekerjaan di rumah bersama anak-anak. Anda yang Ibu Bekerja di ranah publik, tidak akan menjadikan bekerja di publik itu sebagai pelarian ketidakmampuan kita di ranah domestik.
Atas dasar itulah saya mulai bertanya pada diri sendiri. Sebagai ibu yang memutuskan bekerja di ranah domestik, apakah motivasi saya selama ini?
a.   Apakah masih “ASAL KERJA”, menggugurkan kewajiban saja?
b. Apakah didasari sebuah “KOMPETISI ”, sehingga selalu ingin bersaing dengan keluarga lain?
c. Apakah karena “PANGGILAN HATI”, sehingga anda merasa ini bagian dari peran anda sebagai Khalifah?

Dasar motivasi tersebut akan sangat menentukan action saya dalam menangani urusan rumah tangga.
a. Kalau masih “ASAL KERJA” maka yang terjadi akan mengalami tingkat kejenuhan yang tinggi, anda menganggap pekerjaan ini sebagai beban, dan ingin segera lari dari kenyataan.
b. kalau didasari “KOMPETISI”, maka yang terjadi anda stress, tidak suka melihat keluarga lain sukses
c. Kalau bekerja karena “PANGGILAN HATI” , maka yang terjadi anda sangat bergairah menjalankan tahap demi tahap pekerjaan yang ada. Setiap kali selesai satu tugas, akan mencari tugas berikutnya, tanpa MENGELUH.

Nah, setelah menimbang-nimbang ternyata dasar motivasi saya  sebagai ibu yang bekerja di ranah publik belum fokus. Karena di satu sisi saya sudah merasa menjadi ibu adalah “PANGGILAN HATI” sehingga segala sesuatu yang berhubungan dengan anak baik fisik, rohani dan pendidikannya selalu nomor satu untuk saya dan akan saya dahulukan sebagai prioritas. Namun seiring berjalannya waktu, ketika kendala hadir dalam rutinitas harian saya pasti akan  sulit sekali menerima. Bahkan juga merasa berkompetisi dengan keluarga lain karena merasa anak saya yang dididik sesuai fitrahnya di cap sebagai anak yang kurang disiplin, “aneh” dan tak patuh karena belajar sesuka hatinya. Sehingga ada terbesit rasa dalam hati saya keinginan untuk menunjukkan pada khalayak bahwa yang saya lakukan akan berbuah hasil baik bagi masa depan anak-anak saya.

Peran Ibu sejatinya adalah seorang manager keluarga, maka masukkan dulu di pikiran kita “Saya Manager Keluarga”, kemudian bersikaplah, berpikirlah selayaknya seorang manager.
a. Hargai diri anda sebagai manager keluarga, pakailah pakaian yang layak (rapi dan chic) saat menjalankan aktivitas anda sebagai manager keluarga.
b.Rencanakan segala aktivitas yang akan anda kerjakan baik di rumah maupun di ranah publik, patuhi
c.Buatlah skala prioritas
d.Bangun Komitmen dan konsistensi anda dalam menjalankannya.

Semua ibu, pasti akan mengalami kompleksitas tantangan, baik di rumah maupun di tempat kerja/organisasi, maka ada beberapa hal yang perlu kita praktekkan yaitu :

*a. PUT FIRST THINGS FIRST *
Letakkan sesuatu yang utama menjadi yang pertama. Kalau buat kita yang utama dan pertama tentulah anak dan suami. - Buatlah perencanaan sesuai skala prioritas anda hari ini - aktifkan fitur gadget anda sebagai organizer dan reminder kegiatan kita.
*b.ONE BITE AT A TIME*
Apakah itu one bite at a time? -Lakukan setahap demi setahap -Lakukan sekarang -Pantang menunda dan menumpuk pekerjaan.
*c. DELEGATING *
Delegasikan tugas, yang bisa didelegasikan, entah itu ke anak-anak yang lebih besar atau ke asisten rumah tangga kita. Ingat, kita adalah managernya. Bukan menyerahkan begitu saja tugas kita ke orang lain, tapi kita buat panduannya, kita latih, dan biarkan orang lain patuh pada aturan kita. Latih-percayakan-kerjakan-ditingkatkan-latih lagi -percayakan lagi- ditingkatkan lagi  dan begitu seterusnya. Karena pendidikan anak adalah dasar utama aktivitas seorang ibu, maka kalau anda memiliki pilihan untuk urusan delegasi pekerjaan ibu ini, usahakan pilihan untuk mendelegasikan pendidikan anak ke orang lain adalah pilihan paling akhir.

Kadang ada pertanyaan, sudah berapa lama jadi ibu? Kalau sudah melewati 10.000 jam terbang seharusnya kita sudah menjadi seorang ahli di bidang manajemen kerumahtanggaan. Tetapi mengapa tidak? Karena selama ini kita masih “*SEKEDAR MENJADI IBU*”.

Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan ketika ingin meningkatkan kualitas kita agar tidak sekedar menjadi ibu lagi, antara lain:
a. Mungkin saat ini kita adalah kasir keluarga, setiap suami gajian, terima uang, mencatat pengeluaran, dan pusing kalau uang sudah habis, tapi gajian bulan berikutnya masih panjang. Maka tingkatkan ilmu di bidang perencanaan keuangan, sehingga sekarang bisa menjadi “manajer keuangan keluarga.
b.Mungkin kita adalah seorang koki keluarga, tugasnya memasak keperluan makan keluarga. Dan masih sekedar menggugurkan kewajiban saja. Bahwa ibu itu ya sudah seharusnya masak.Sudah itu saja, hal ini membuat kita jenuh di dapur.
Mari kita cari ilmu tentang manajer gizi keluarga, dan terjadilah perubahan peran.
c.Saat anak-anak memasuki dunia sekolah, mungkin kita adalah tukang antar jemput anak sekolah. Hal ini membuat kita tidak bertambah pintar dalam urusan pendidikan anak, karena ternyata aktivitas rutinnya justru banyak ngobrol tidak jelas sesama ibu–ibu yang seprofesi antar jemput anak sekolah. Mari kita cari ilmu tentang pendidikan anak, sehingga meningkatkan peran saya menjadi “manajer pendidikan anak”.
Anak-anak pun semakin bahagia karena mereka bisa memilih berbagai jalur pendidikan tidak harus selalu di jalur formal.
d. Cari peran apalagi, tingkatkan lagi…
Jangan sampai kita terbelenggu dengan rutinitas baik di ranah publik maupun di ranah domestik, sehingga kita sampai lupa untuk meningkatkan kompetensi kita dari tahun ke tahun.
Akhirnya yang muncul adalah kita melakukan pengulangan aktivitas dari hari ke hari tanpa ada peningkatan kompetensi. Meskipun anda sudah menjalankan peran selama 10.000 jam lebih, tidak akan ada perubahan karena kita selalu mengulang hal-hal yang sama dari hari ke hari dan tahun ke tahun.

Hmmm…
Mak jleb yaaa....

Setelah saya memahami motivasi sebagai seorang ibu baik ranah domestik dan publik. Kini waktunya bagi saya untuk total menjadi MANAGER KELUARGA YANG HANDAL. Sebagai seorang manager dalam keluarga saya memiliki tugas dan jadwal acuan agar mempermudah dalam menemukan peran hidup saya. Yaitu:
A. Tuliskan 3 aktivitas yang paling penting, dan 3 aktivitas yang paling tidak penting.
3 aktivitas penting bagi saya adalah:
  1. Mengelola keuangan
  2. Pendidikan dan membersamai anak-anak
  3. Parenting dan smart  living with partner (suami) and children.
3 Aktivitas yang tidak penting:
  1. Cek Gadget
  2. Nonton tv
  3. Ngemil
B. Waktu saya selama ini habis untuk kegiatan yang mana?
  • Cek Gadget

Setelah mengetahui aktivitas terpenting dalam peran kita sebagai manager, maka saya menjadikan 3 aktivitas penting tersebut menjadi aktivitas dinamis sehari-hari untuk memperbanyak jam terbang peran hidup saya, hal ini saya sesuaikan dengan indikator to do list serta milestone saya di NHW sebelumnya. Kemudian kumpulkan aktivitas rutin menjadi satu waktu, berikan “kandang waktu”, dan patuhi cut off time. Jangan ijinkan agenda yang tidak terencana memenuhi jadwal waktu harian yang telah dibuat.
Dan berikut adalah jadwal harian yang telah saya buat.


Demikian Kandang Waktu yang sudah saya buat dalam jadwal harian, dimana To Do list Indicator dalam pencapaian Milestone sudah masuk di dalamnya disesuaikan dengan  waktu kapan bisa dilakukan. Karena memiliki 3 putra maka saya memutuskan membuat kandang waktu selama 24 jam per hari karena kemungkinan ada beberapa pekerjaan yang harus dilakukan bersamaan karena saling berhubungan dan memerlukan waktu yang lebih  lama.
Saya akan amati selama satu minggu pertama. Hal ini juga bisa saya monitoring setiap malam di jam 21.30-22.00 apakah terlaksana dengan baik, lalu diskusikan dengan suami saat “pillow time”. kalau tidak segera revisi, kalau baik, lanjutkan sampai dengan 3 bulan. Jika ada kesalahan dan kekurangan maka tak apa yang terpenting adalah belajar dari kesalahan dan segera memperbaiki diri. Karena sejatinya, kegagalan adalah batu tumpuan yang akan membantu kita menyebrangi kehidupan menuju tujuan.


Luar biasa, ternyata jika kita membuat rencana dengan matang  maka segala ilmu dan keinginan yang ingin dicapai insyaallah akan jadi lebih mudah dan tidak serampangan apalagi saling bertumbukan satu sama lain, masyaAllah. Semoga Allah mempermudah niat baik saya dan keluarga agar menjadi individu, istri dan ibu yang shalihah serta mampu menciptakan peradaban baru bagi masa depan gemilang anak-anak saya. Aamiin

BERUBAH ATAU KALAH


SUMBER BACAAN
_Institut Ibu Profesional, Bunda Cekatan, sebuah antologi perkuliahan IIP, 2015_
_Hasil diskusi Nice Homework Matrikulasi IIP Batch #1, 2016_
_Irawati Istadi, Bunda Manajer Keluarga, halaman featuring, Success Mom's Story: Zainab Yusuf As'ari, Amelia Naim, Septi Peni, Astri Ivo, Ratih Sanggarwati, Okky Asokawati,Fifi Aleyda Yahya, Oke Hatta Rajasa, Yoyoh Yusroh, Jackie Ambadar, Saraswati Chasanah, Oma Ary Ginanjar, Pustaka Inti, 2009._

vindy April . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates